Pada saat kita bersekolah dari Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, dan Sekolah Menengah Atas kita terbiasa dengan metode pembelajaran yang diajarkan oleh para Guru yakni mengajarkan kepada kita berupa ia menjelaskan dengan cara menerangkan sesuai mata pelajaran dari awal sampai akhir sehingga kita akan mengikuti arahannya saja.
Ketika kita beranjak remaja kita memulai berkuliah, pada saat kuliah atau sudah memasuki lingkungan yang baru kita dikagetkan dengan metode pembelajaran oleh beberapa dosen yakni dengan cara membentuk kelompok sesuai dengan jumlah mahasiswa di kelas tersebut kemudian membaginya untuk para Mahasiswa mempresentasikan tiap bab pada pertemuan yang akan datang selama semester tersebut.
Akhir-akhir ini Twitter, Tik-Tok, Instragram, muncul trend yang mengatakan “Bayar Kuliah mahal-mahal cuman buat dengerin temen sekelas presentasi” dengan Sound “Siapakah yang salah? Siapa yang tanggung jawab?’’ yang dikeluhkan oleh mahasiswa-mahasiswi yang merasa tidak sebanding dengan metode pembelajaran pada saat sekolah dahulu.
Menanggapi hal ini mahasiswa dan Mahasiswi pun memliki 2 tipe yang berbeda, yang pertama yaitu tetap mempelajari kembali materi dari Bab yang akan dipresentasikan oleh teman sekelasnya kemudian bertanya jika ada hal yang tidak dimengerti dan Mahasiswa atau Mahasiswi yang tetap mengeluh sampai akhir dan tetap menyalahkan dosen yang memiliki metode pembelajaran seperti tadi sehingga tidak ingin mengikuti mata kuliah tersebut.
Hal inilah yang membuat maba alias mahasiswa baru kaget saat memasuki perkuliahan sehingga mereka mengaitkannya dengan pembayaran yang telah mereka bayarkan tergolong mahal, karena mereka hanya mendengarkan teman sekelas yang presentasi tanpa memahaminya
Perbedaan metode evaluasi pembelajaran antara lingkungan sekolah dan perguruan tinggi yakni pada sekolah, pendekatan evaluasi lebih kerap dilakukan melalui 2 bagian yaitu ujian kemudian tes yang disusun dengan terstruktur dan terdeskripsi, dimana para siswa-siswi diuji tentang pemahaman, pengertian, penguasaan materi yang telah diajarkan dan didiskusikan.
Sedangkan di perguruan tinggi, evaluasi pembelajaran meliputi berbagai aspek dan metode yang bisa lebih luas, meliputi tugas, presentasi, proyek penelitian, dan kolaborasi antar mahasiswa seperti kerja kelompok.
Pendekatan evaluasi yang lebih komprehensif atau menjelaskan keterangan secara lengkap dan luas di perguruan tinggi memungkinkan penilaian yang lebih pemikiran secara menyeluruh dan berusaha menyatukan beraneka ragam lapisan kaidah serta pengalaman yang lebih dari sekedar mengartikan manusia secara sempit terhadap kemampuan mahasiswa dalam menerapkan pengetahuan, berpikir kritis, dan berkolaborasi dalam situasi dunia nyata.
Sumber :